Ardyan pradana

Thursday, February 17, 2011

PEMBULUH DARAH

Pembuluh Darah
Pembuluh darah merupakan tempat mengalirnya atau dialirkannya darah dari dan ke jantung dan ke seluruh tubuh. Bentuk pembuluh darah adalah tabung. Pembuluh darah terdiri atas vena dan arteri.
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Adapun arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
Selain arteri dan vena, di dalam tubuh juga terdapat pembuluh darah halus yang disebut sebagai pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah ini menghubungkan dari jaringan tubuh yang satu ke jaringan tubuh yang lain.
Aorta merupakan sebutan bagi arteri terbesar yang ada di dalam tubuh kita. Ventrikel kiri memompa darah ke aorta dan kemudian membawanya ke seluruh tubuh melalui arteri yang lebih kecil.
1. Pembuluh darah arteri atau nadi.
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku.
a. Pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri dinamakan aorta yang tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh tubuh.
b. Pembuluh arteri yang asalnya dari bilik kanan disebut sebagai pembuluh pulmonalis yang betugas membawa darah yang terkontaminasi karbon dioksida dari setiap bagian tubuh menuju ke paru-paru.
2. Pembuluh darah vena atau balik.
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung yang bersifat tipis dan elastis.
a. Pembuluh vena kava anterior adalah pembuluh balik yang berasal dari bagian atas tubuh.
b. Pembuluh vena kava pulmonalis adalah pembuluh balik yang berasal dari bagian bawah tubuh.
3. Pembuluh darah kapiler.
Pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari pembuluh arteri. Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman rumit di mana setiap mili meter dari suatu jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000 kapiler darah.
Struktur Pembuluh Darah
Sifat-sifat structural dari setiap bagian system pembuluh darah sistemik menentukan peran fisiologisnya dalam integrasi fungsi kardiovaskuler.
Dinding pembuluh darah arteri terdiri dari tiga lapis:
1. Lapisan luar disebut tunika advensia : tersusun dari jaringan ikat dan mengandung serabut syaraf, pembuluh darah yang mempengaruhi dinding arteri (vasavasorum).
2. Lapisan tengah disebut tunika media : terdiri dari kolagen, serat otot polos dan elastis damn mempertahankan elastisitas dan ketegangan arteri juga berfungsi sebagai penyokong primer dari arteri.
3. Lapisan dalam disebut tunika intima: lapisan mulus sel-sel endotel yang menyediakan permukaan non trombogenik untuk aliran darah.

Dinding pembuluh darah vena juga teridiri dari tiga lapisan yang sama dengan arteri tapi lebih tipis.
Sirkulasi sistemik terdiri dari :
Arteri
Berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke jaringan. Karena itu system arteri mempunyai dinding yang kuat dan darah mengalir dengan cepat menuju jaringan. Dinding aorta dan arteri relative mengandung banyak jaringan elastis. Dinding tersebut teregang waktu sistol dan mengadakan recoil pada saat diastole.
Arteriol
Adalah cabang terujung dari system arteri dan berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran ke kapiler. Arteriol merupakan tempat utama resistensi aliran darah dan perubahan kecil pada diameternya menyebabkan perubahan yang besar pada resistensi perifer.
Kapiler
Berfungsi sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara darah dan ruang interstitial.
Venula
Dinding venul hanya sedikit lebih tebal daripada kapiler. Berfungsi menampung darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung kedalam vena yang lebih besar.
Vena
Berfungsi sebagai jalur transformasi dari jaringan kembali ke jantung. Karena tekanan vena sangat rendah maka dinding vena tipis, walaupun demikian dinding vena berotot dan ini memungkinkan vena untuk berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah dalam jumlah kecil atau tergantung dari kebutuhan tubuh
Perbedaan ukuran pembuluh darah
Tebal dinding Diameter lumen Luas penampang
Aorta 2 mm 2,5 mm 4,5 mm
Arteri 1 mm 0,4 cm 20 cm
Arteriol 20 mikron 30 mikron 400 cm
Kapiler 1 mikron 5 mikron 4.500 cm
Venul 1 mikron 20 mikron 4000 cm
Vein 0,5 mm 5 mm 40 cm
Vena cava 3,5 mm 3 cm 18 cm



http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darah
http://organisasi.org/pembuluh_darah_arteri_nadi_vena_balik_dan_kapiler_ilmu_biologi

DARAH

DARAH
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
KOMPOSISI
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
• Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
• Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
• Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Air: 91,0%
2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi, dll)
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :-
• albumin
• bahan pembeku darah
• immunoglobin (antibodi)
• hormon
• berbagai jenis protein
• berbagai jenis garam
KESEHATAN
Luka bisa menyebabkan kehilangan darah yang parah. Trombosit menyebabkan darah membeku, menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya kekurangan darah. Kerusakan pada organ dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah atau hemorrhage.
Hemofilia merupakan kelainan genetik yang menyebabkan kegagalan fungsi dalam pembekuan darah seseorang. Akibatnya, luka kecil dapat membahayakan nyawa.
Leukemia merupakan kanker pada jaringan tubuh pembentuk sel darah putih. Penyakit ini terjadi akibat kesalahan pada pembelahan sel darah putih yang mengakibatkan jumlah sel darah putih meningkat dan kemudian memakan sel darah putih yang normal.
Pendarahan hebat, baik karena kecelakaan atau bukan (seperti pada operasi), dan juga penyakit darah seperti anemia dan thalassemia, yang memerlukan transfusi darah. Beberapa negara mempunyai bank darah untuk memenuhi permintaan untuk transfusi darah. Penerima darah perlu mempunyai jenis darah yang sama dengan penyumbang.
Darah juga merupakan salah satu "vektor" dalam penularan penyakit. Salah satu contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui darah adalah AIDS. Darah yang mengandung virus HIV dari makhluk hidup yang HIV positif dapat menular pada makhluk hidup lain melalui sentuhan antara darah dengan darah, sperma, atau cairan tubuh makhluk hidup tersebut. Oleh karena penularan penyakit dapat terjadi melalui darah, objek yang mengandung darah dianggap sebagai biohazard atau ancaman biologis.
Dalam berbagai kepentingan diagnosis penyakit, tekanan darah memiliki peranan yang amat penting.
GOLONGAN DARAH
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
• Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
• Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
• Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
• Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.
http://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_darah

Monday, February 14, 2011

ASKEP ABORTUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ABORTUS
1. Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).. Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.



Klasifikasi Abortus
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
• Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
• Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
• Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
• Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu:
• Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
• Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
• Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
1. hipertensi
2. nephritis
3. diabetes
4. anemia berat
5. penyakit jantung
6. toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
• Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
Penyebab dari segi Janin
• Kematian janin akibat kelainan bawaan.
• Mola hidatidosa.
• Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
D. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
E. Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
G. Diagnosa Banding
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.



H. Penatalaksanaan
Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
5. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
7. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.






















ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ABORTUS
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
2. Diagnosa Keperwatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
3. Intervensi Keperwatan
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
a) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
b) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
d) Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
a) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
b) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
c) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
d) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
e) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
a) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
b) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
c) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
a) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
b) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
c) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
d) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
e) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
f) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

5. Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
b) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
c) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
d) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
e) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

Penyakit genetik

Penyakit genetik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Penyakit genetik atau kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis. Beberapa penyebab penyakit genetik antara lain:
• Ketidaknormalan jumlah kromosom seperti dalam sindrom Down (adanya ekstra kromosom 21) dan sindrom Klinefelter (laki-laki dengan 2 kromosom X).
• Mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan sindrom X rapuh atau penyakit Huntington.
• Gen rusak yang diturunkan dari orang tua. Dalam kasus ini, penyakit genetik juga dikenal dengan istilah penyakit keturunan. Kondisi ini terjadi ketika individu lahir dari dua individu sehat pembawa gen rusak tersebut, tetapi dapat juga terjadi ketika gen yang rusak tersebut merupakan gen yang dominan.
Sekarang ini ada sekitar 4.000 penyakit genetik yang sudah diidentifikasi. Kebanyakan penyakit genetik adalah langka dengan hanya terjadi pada 1 individu dari sekitar ribuan atau bahkan jutaan individu.

Artikel bertopik kedokteran atau medis ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN LEUKEMIA

DIBUAT DALAM RANGKA PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN
DI RUANG ANAK BAGIAN HEMATOLOGI
RSUD DR. SUTOMO SURABAYA




OLEH
SUBHAN
NIM. 010030170 B





FAKULTAS KEDOKTERAN UNAIR
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2003

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN LEUKEMIA

I. Pengertian
Leukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik.

II. Patofisiologi
Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang ditandai dengan ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok – agranulosit (leukemia granuosit/mielositi) atau limfosit ( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan pada morfologis diferensiasi sel dan pematangan sel-sel leukemia predominan di dalam sum-sum tulang dan sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995). Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi klinik, prognosis dan pengobatannya.

Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia limfoblastik dan mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :










Gambar 1. Leukemia dapat terjadi sebagai akibat diferensiasi abnormal pada salah satu proses diatas.

Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut menyolok pada anak-anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur 2-4 tahun.

Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan penting. Faktor genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot. Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan dengan frekwensi yang meningkat , khususnya agen alkil. Agent virus HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.

Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan jenis leukemia yang banyak terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983). Tanda dan gejala leukemia akut berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai timbulnya tukak pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia, septikemia disertai menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea. Trombositopenis menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol. Tulang mungkin sakit dan lunak. Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan karena umur eritrosit yang panjang. Gejala anemia berupa pusing, malaise, dan dispnea waktu kerja fisik yang melelahkan. Pensitopenia dapat terjadi setelah dilakukan kemoterapi.

Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah 15 tahun dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular seperti kelenjar limfe dan limpa. Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada unsur – unsur sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama. Tanda lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang, sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan. Data laboratorium berupa leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel darah merah rendah, hiperseluler sum-sum tulang belakang

III. Pengkajian

SISTEM DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
Aktivitas Lesu, lemah, terasa payah, merasa tidak kuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari Kontraksi otot lemah
Klien ingin tidur terus dan tampak bingung
Sirkulasi Berdebar Tachycadi, suara mur-mur jantung, kulit dan mukosa pucat, defisit saraf cranial terkadang ada pendarahan cerebral.
Eliminasi Diare, anus terasa lebih lunak, dan terasa nyeri. Adanya bercak darah segar pada tinja dan kotoran berampas, Adanya darah dalam urine dan terjadi penurunan output urine. Perianal absess, hematuri.
Rasa nyaman Nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, sternum terasa lunak, kram pada otot. Meringis, kelemahan, hanya berpusat pada diri sendiri.
Rasa aman Merasa kehilangan kemampuan dan harapan, cemas terhadap lingkungan baru serta kehilangan teman.
Riwayat infeksi yang berulang, riwayat jatuh, perdarahan yang tidak terkonrol meskipun trauma ringan. Dpresi, mengingkari, kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood dan tampak bingung.
Panas, infeksi, memar, purpura, perdarahan retina, perdarahan pada gusi, epistaksis, pembesaran kelenjar limpa, spleen, atau hepar, papiledema dan exoptalmus,
Makan dan minum Kehilangan nafsu makan, tidak mau makan, muntah, penurunan berat badan, nyeri pada tenggorokan dan sakit pada saat menelan. Distensi abdomen, penurunan peristaltic usus, splenomegali, hepatomegali, ikterus, stomatitis, ulserasi pada mulut, gusi membengkak (acute monosit leukemia).
Sexualitas Perubahan pola menstruasi, menornhagi. Impoten.
Neurosensori Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, kehilangan rasa Peningkatan kepekaan otot, aktivitas yang tak terkontrol.
Respirasi Nafas pendek, Dyspnoe, tachypnoe, batuk, ada suara ronci, rales, penurunan suara nafas.
Belajar Riwayat terpapar bahan kimia seperti benzena, phenilbutazone, chloramfenikol, terkena paparan radiasi, riawat pengobatan dengan kemotherapi. Riwayat keluarga yang menderita keganasan.

Data penunjang:
Penghitungan sel darah :
- Normocitic, normokromik anemia
- Hb < 10 g/100 ml - Retikulosit : rendah - Platelet count : < 50.000/mm - WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel leukemia
- PT/PTT memanjang
- LDH meningkat
- Serum asam urat dalam urine : meningkat
- Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit dan myelosit leukemia.
- Serum tembaga : meningkat
- Serum Zinc : menurun
- Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih dari 60 % - 90 % blast sel,
- Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien
- Lymp node biopsy : tampak pengecilan


A. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.
2. Resiko tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan, diare, demam
3. Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari kecemasan.
4. Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi.
5. Kurangnya pengetahuan tentang perjalanan penyakit, prognosis dan pengobatan s.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.

B. Intervensi Keperawatan dan Rasional

DX INTERVENSI RASIONAL
1


















































2.
































3.


















4.












5 - Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung. Awasi pemberian buah dan sayyur segar.

- Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien

- Monitor vital sign



- Cegah peningkatan suhu tubuh dengan cara pemberian cairan yang adekuat serta lakukan kompres hangat.



- Lakukan pemeriksaan suara nafas dan batuk secara teratur..
- Pegang klien dengan lembut dan linen tetap kering dan rapi.
- Jaga integritas kulit, luka yang terbuka dan kebersihan kulit dengan pembersih antibakteri.

- Periksa mukosa mulut dan lakukan oral hygiene.

- Jaga kebersihan kebersihan anus dan genital.
- Awasi istirahat dan pola tidur klien secara ketat.
- Berikan asupan makanan yang adekuat yang mengandung cairan serta protein tinggi.

- Lakukan tindakan kolaborasi:
- Blood test count : WBC dan Neutrofil.


- Lakukan kulture

- Pemberian antibiotik sesuai order.
- Review serial X-Ray

- Berikan makanan yang memiliki resiko tinggi menimbulkan infeksi sperti yang sudah dimasak atau yang sudah diproses secara higienes.

- Monitor intake dan out-put





- Tim bang berat badan setiap hari


- Monitor Tensi dan frekwensi jantung.

- Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi mukosa.
- Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi.


- Lakukan tindakan yang lembut untuk mencegah perlukaan seperti menggunakan sikat gigi yang lembut, kapas swab, lakukan tepid sponge, gunakan alat cukur elektrik.
- Kolaborasi:
- Lakukan pemasangan IV line

- Monitor laboratorium Platelet, Hb/Ct, cloting.

- Pemberian anti muntah

- Pemberian Alluporinol


- Kaji keluhan nyeri dengan skala nyeri (0 – 10)
- Monitor vital sign dan kaji ekpresi nonverbal.
- Jaga lingkungan agar tetap tenang
- Kurangi stimulasi yang meningkatkan stress.
- Letakkan pada posisi nyaman

- Lakukan perubahan posisi secara periodic

- Evaluasi koping mekanisme klien
- Kolaborasi:
- Kadar asam urat
- Pemberian analgetik
- Pemberian narkotik
- Antianxiety

- Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak anak berpartisipasi untuk bermain.


- Berikan kesempatan istirahat dan tidur yang cukup
- Berikan makanan selingan yang cukup selama kemotherapi
- Kolaborasi:
- Antiemetik
- Berikan oksigen


- Berikan penjelasan tentang patologi leukemia, tindakan serta prognosenya.kepada keluarga - Untuk menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi.

- Mencegah infeksi silang


- Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi
- Membantu menghilangkan demam yang dapat menimbulkan ketidak seimbamgan cairan tubuh, ketidak nyamanan serta komplikasi CNS.
- Mencegah sumbatan sekresi saluran pernafasan.
- Mencegah eksoriasi.

- Untuk mencegah infeksi local. (Luka biasanya tidak bernanah akibat rendahnya kadar granulosit).
- Jaringan mukosa mulut merupakan medium bagi perkembangan bakteri.
- Untuk mencegah terjadinya infeksi anal maupun genital.
- Untuk konservasi energi bagi perkembangan sel-sel klien.
- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh klien dan keseimbangan cairan tubuh kien.

- Penurunan WBC merupakan kesimpulan dari proses penyakit dan efek samping dari pengobatan kemoterapi.
- Untuk mengetahui sensitivitas kuman.
- Untuk mencegah infeksi
- Indikator dari perkembangan kondisi klien.





- Penurunan volune cairan dapat menjadi prekusor kerusakan RBC sehingga dapat menimbulkan kerusakan tubulus ginjal dan terbentuknya batu ginjal.

- Untuk melakukan analisis tentang fungsi ginjal.

- Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia.
- Sebagai indicator status dehidrasi.

- Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah beresiko menimbulkan perdarahan yang tak terkontrol.
- Jaringan yang lemah, dan mekanisme pembekuan yang abnormal sering menjadi penyebab perdarahan tak terkontrol.

- Untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh.
- Jika platelet count < 20000/mm. Penurunan Hb/Hct dapat menimbulkan perdarahan.
- Mencegah hilangnya cairan melalui muntahan.
- Mencegah timbulnya nefropati


- Untuk mempermudah intervensi dan observasi terhadap
- Mengetahui efektivitas tindakan terhadap nyeri.
- Meningkatkan kesempatan istirahat dan memperbaiki koping mekanisme.
- Mencegah rasa tidak nyaman pada persendian
- Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.

- Untuk mengetahui kemampuan kontrol klien terhadap nyeri.





- Mengkaji efek dari leukemia terutama pada fase pengobatan, sehingga perlu dianalisa perlu tidaknya bantuan.
- Untuk menyimpan energi dan perbaikan sel.
-






- Menyiapkan mental untuk tindakan menghadapi kasus yang diderita anaknya.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF (DENGUE HEMORHAGIC FEVER)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF (DENGUE HEMORHAGIC FEVER)


PENGERTIAN
DHF adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri : demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok (DSS) dan kematian. Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus dengue (anthropad borne viruses) atau disebut arbo virus. DHF dapat menyerang semua umur tetapi terbanyak pada anak-anak.
Epidemiologi :
Terdapat pada daerah tropis,terutama negara Asean dan Pasifik barat disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes,diIndonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes yaitu: Aedes Agypti dan Aedes albopictus. Insiden secara keseluruhan tidak ada perbedaan jenis kelamin penderita DHF tetapi kematian lebih banyak pada anak perempuan,usia antara 1- 4 tahun dan 5 – 10 tahun.
TANDA DAN GEJALA
1. Demam : demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai tujuh hari turun secara cepat.
2. Perdarahan : perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya trombosit (trombositopeni) serta gangguan fungsi dari trombosit sendiri akibat metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi di semua organ yang berupa:
• Uji torniquet positif
• Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva
• Epistaksis dan perdarahan gusi
• Hematemesis, melena
• Hematuri

3. Hepatomegali :
• Biasanya dijumpai pada awal penyakit
• Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
• Nyeri tekan pada daerah ulu hati
• Tanpa diikuti dengan ikterus
• Pembesaran ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus dengue
4. Syok : Yang dikenal dengan DSS , disebabkan oleh karena : Perdarahan dan kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak. Sedangkan tanda-tanda syok adalah:
• Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
• Gelisah dan Sianosis disekitar mulut
• Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba
• Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang dari 80 mmHg)
• Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)
5. Trombositopeni: Jumlah trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi pada hari ke tiga sampai ke tujuh.
6. Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator kemungkinan terjadinya syok.
7. Gejala-gejala lain :
• Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi serta kejang.
• Penurunan kesadaran








Derajat DHF Menurut WHO dibagi menjadi 4 Derajat :
Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji Tourniquet positif.
Derajat 2 :
Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat 3 :
Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah Derajat 4 : Renjatan berat dengan nadi yang tidak diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur PATOFISIOLOGI DBD/DSS DENGUE INFECTION Fever Anorexia fomiting Dehydration Hemorhagic Manifestation Dengue fever DIC GI Bleeding Hepatomegaly Leakge of plasma Hypopolemia shock Anoxia Death DHF/DSS Thrombocytopenia Incraeased Vascular fermeability Hemokonsentrasi Hypoproteinemia Pleural efution Ascites Acidosis Ag Ab complex + complement Grade I II III IV Catatan : Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika dan biokimiawi DBD belum diketahui secara pasti, karena kesukaran mendapatkan model binatang percobaan yang dapat dipergunakan untuk menimbulkan gejala klinis seperti pada manusia. Tahap Tumbuh Kembang : Menurut Soetjiningsih : - Masa pra sekolah usia 1 – 6 tahun. - Masa sekolah usia 6 – 18 / 20 tahun - Masa pra remaja : 6 – 10 tahun Menurut Donna L. Wong : - Masa anak-anak awal : 1 – 12 Tahun - Toddler : 1 – 3 tahun - Pra sekolah : 3 – 6 tahun Masa anak-anak tengah : 6 – 12 Tahun (masa sekolah) Tahap pertumbuhan cepat, masa pra-adolesen dan masa adolesen Pertumbuhan fisik/jasmani sangat pesat, dimana anak akan menjadi cepat besar,BB naik dengan pesat,PB bertambah dengan cepat,keadaan anak makannya banyak serta aktivitas bertambah, mengikuti satu irama pertumbuhan tertentu dan berlangsung secara bergantian, pertumbuhan otak mulai melambat,sangat lambat pada usia 5 tahun. Rumus untuk menafsir pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak – anak menurut Weech : Perhitungan Berat badan :  Umur 1 – 6 tahun = Umur (tahun) X 2 - 8 : 2  Umur 6 – 12 tahun = Umur (tahun) X 7 – 5 : 2 Perhitungan Panjang badan :  Umur 1 tahun : 75 cm  Umur 2 – 12 tahun = Umur (tahun) X 6 - 77 Tahap perkembangan  Perkembangan Psikoseksual menurut (Sigmund Freud) : Fase anal (1 – 3 tahun ): Daerah anal aktifitas,pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukan keakuannya .sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri) dan egoistik.Tugas utama anak : Latihan kebersihan, perkembangan bicara dan bahasa meniru dan mengulang kata sederhana,hubungan interrpersonal anak sangat terbatas,bermain sendiri,belum bisa bermain dengan anak lain. Fase oedipal/falik (3 – 5 tahun) : melakukan rangan autoerotic,bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda,anak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis.Pada fase ini anak sering mengalami oedipus komplek bagi anak lelaki dan elektra komplek bagi anak perempuan. Fase Laten (5 – 12 tahun) : Anak memasuki masa pubertas,memasuki periode integrasi,fase tenang,dorongan libido mereda sementara,erotik zona berkurang,anak tertarik dengan peer group (kelompok sebaya).  Tahap perkembangan Psikososial (Erikson) Tahap ke 2 : Autonomi VS Shame and doubt, ; Toddler year/usia 1 – 3 tahun Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri,jika ortu terlalu melindungi,menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu. Tahap ke 3 : Initiative VS Guilt,prescholl/usia prasekolah 4 – 6 ahun;Pada tahap ini anak diperboleh kan memiliki insiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif,bila dilarang/diomeli serta dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu dalam melakukan ketrampilan motorik dan bahasanya; Tahap ke 4 : Industry VS Interiority,school age/usia sekolah 6 – 12 tahun Pada tahap ke-4 ini berfokus pada hasil akhir suatu pencapaian (prestasi=Achievemont),memperoleh kesenangan dari penyelesaian tugasnya /pekerjaannya dan menerima penghargaan untuk usaha atau kepandaiannya,hasil ini adalah pengertian dari persaingan/kompetisi dan kerajinannya  Stimulasi dan perkembangan anak : • Anak umur 12 – 18 Bulan : • Perkembangan anak : Berjalan sendiri tidak jatuh (GK),Mengambil benda kecil dengan jari dan telunjuk (GH),mengungkapkan keinginan scr sederhana (BBK),minum sendiri dari gelas tidak tumpah (BM). Stimulasi dini : Melatih anak naik turun tangga (GK),bermain dng anak melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil(GH),melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh (BBK),memberi kesempatan anak melepas pakaian sendiri. • Anak umur 18 – 24 Bulan : Perkembangan anak : Berjalan mundur 5 langkah (GK),mencoret-coret dng alat tulis (GH),menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya (BBK),meniru melakukan pekerjaan rumah tangga (BM). Stimulasi dini : Melatih anak berdiri dengan satu kaki(GK),mengajari anak menggambar bulatan,garis segi tiga dan gambar wajah(GH),melatih anak mengikuti perintah sederhana (BBK),melatih anak mau ditinggalkan ibunya sementara waktu (BM). • Anak umur 2 – 3 tahun : Perkembangan anak : berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitnya 2 hitungan (GK),meniru membuat garis lurus(GH),menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata (BBK),melepas pakaian sendiri(BM). Stimulasi dini : Melatih anak melompat dng satu kaki (GK),mengajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok(GH),melatih anak mengenal bentuk dan warna (BBK),melatih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkan sendiri(BM). • Anak umur 3-4 tahun : Perkembangan anak : berjalan jinjit(GK),Menggunting dan membuat buku cerita dng gambar(GK),mengenal bentuk dan warna(BBK),mengenal sopan santun,berterima kasih dan mencium tangan (BM). • Anak umur 4-5 tahun : Perkembangan anak : Melompat dengan satu kaki(GK),dpt mengancing baju(GH),bercerita sederhana(BBK),mencuci tangan sendiri(BM). Stimulasi dini : Biarkan anak melakukan permainan ketangkasan dan kelincahan(GK),bantu belajar menggambar(GH),mengerti satu dan separuh dng cara membagi kue/kertas(BBK),latih untuk mandiri,mis.bermain ketetangga(BM). • Anak umur 5 – 6 tahun : Perkembangan anak : menangkap bola kasti pada jarak satu meter(GK),membuat gambar segi empat(GH),mengenal angka dan huruf Serta berhitung(BBK),berpakaian sendiri tanpa dibantu(BM). Stimulasi dini : melakukan permainan,mis.kasti (GK),membuat sesuatu dari lilin/tanah liat(GH),melatih untuk mengenal waktu,hari,minggu dan bulan (BBK),bercakap-cakap bergaul dengan teman sebaya. PENGKAJIAN I. Identitas Umur, sering terjadi pada anak-anak umur 1 – 4 tahun dan 5 – 10 tahun, tidak terrdapat perbedaan jenis kelamin tetapi kematian lebih sering terjadi pada anak perempuan, lingkungan tempat tinggal pasien merupakan endemic DHF dan sering terjadi pada musin hujan II.Riwayat Keperawatan 1. Keluhan utama : demam tinggi dan mendadak, perdarahan (bintik-bintik merah pada ekstremitas atas, dada dan mimisan/perdarahan gusi), kadang-kadang disertai dengan penurunan kesadaran serta kejang. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Badan panas tinggi secara mendadak dalam waktu 2 – 7 hari, terdapat bintik merah pada ektremitas,dada,selaput mukosa mulut kering,mimisan,gusi ber darah,berak darah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan penurunanan kesadaran 3. Riwayat penyakit dahulu Pernah menderita DHF untuk pertama kali pada usia lebih dari 1 tahun merupakan faktor utama patogenesis penyakit ini,malnutrisi. 4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada keluarga yang terserang DHF 5. Riwayat kesehatan lingkungan Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF. III.Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital : Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tinggi; nadi cepat,lemah,kecil sampai tidak teraba;tekanan darah menurun (sistolok menurunb sampai 80 mmHg atau kurang. 2. Body system : Pernapasan (B1 : Breathing) Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan O2. Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yang tinggi,suara napas tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat disertai penurunan kesadaran. Cardiovaskuler (B2 : Bleeding) Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan memdadak demam tinggi 2 – 7 hari badan lemah,pusing,mual – muntah,derajat 3 dan 4 orang tua/keluarga melaporkan pasien mengalami penurunan kesadaran gelisah dan kejang. Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu-satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 ptekie,purpura,echymosis dan perdarahan konjungtiva Derajat 3 kulit dingin pada daerah akral,nadi cepat,hipotensi,sakit kepala ,menurunnya volome plasma,meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,trombositopenia dan diatesis hemoragic. Derajat 4 nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur. Persarafan (B3: Brain) Anamnesa :Pasien gelisah, cengeng dan rewel karena demam tinggi derajat 1dan 2 serta penurunan tingkat kesadaran pada derajat 3 dan 4. Pemeriksaan fisik : Pada derajat 2 konjungtiva mengalami perdarahan, sedang penurun-anTingkat kesadaran (composmentis, ke-apatis, ke-somnolent,kesopor kekoma )atau gelisah,GCS menurun,pupil miosis atau midriasis,reflek fisiologis atau patologis sering terjadi pada derajat 3 dan 4. 2.4.Perkemihan – Eliminasi Uri (B4: Bladder) Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing. Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun(oliguria sampai anuria),warna berubah pakat dan berwana coklat tua pada derajat 3 dan 4. 2.5.Pencernaan – Eliminasi Alvi (B5: Bowel) Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah/tidak ada nafsu makan,haus,sakit menelan,derajat 3 terdapat nyeri tekan pada ulu hati. Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 Mukosa mulut kering,hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan Nyeri tekan,sakitmenelan, pembesaran limfe,nyeri tekan epigastrik, hematemisis dan melena. 2.6.Tulang – otot – integumen (B6: Bone) Anamnesa : pasien mengeluh otot,persendian dan punggung,kepanas-an,wajah tampak merah pada derajat 1 dan 2,derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot/kelemahan otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama. Pemeriksaan fisik : Nyeri pada sendi, otot,punggung dan kepala;kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat disertai tanda kesakitan,pegal seluruh tubuh derajat 1 dan 2 sedangkan derajat 3 dan 4 pasien mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan. .IV. Data Penunjang • Hematokrit Normal :PCV/Hm= 3 X Hb • Trombositopenia menurun atau kurang dari 100.000/mm3 • Masa perdarahan dan protombin memanjang • Lekopeni kadang-kadang lekositosis ringan Prioritas masalah Keperawatan : 1. Mencegah terjadinya hipopolemik syok 2. Intik nutrisi yang adekuat. 3. Mencegah komplikasi, perdarahan dan infeksi. 4. Imformasi tentang proses penyakit 5. Cemas Penatalaksanaan Pengobatan DHF hanya bersifat simtomatis dan suportif, yaitu : 1. Pemberian cairan yang cukup, diberikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah,pasien perlu diberikan minum sebanyak mungkin (1 – 2 liter dalam 24 jam) berupa air teh dengan gula,sirup atau susu dapat pula diberi oralit. 2. Antipiretik, seperti golongan acetaminofen (paracetamol),jangan berikan sembarang golongan salisilat karena dapat menyebabkan perdarahan. 3. Surface cooling 4. Antikonvulsan, bila pasien kejang dapat diberikan :  Diazepam (Valium)  Fenobarbital (luminal) Diagnosa Keperawatan : NO DIAGNOSA KEPERAWATAN HASIL YANG DIHARAPKAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL 1. Peningkatan suhu tubuh (hiperter-mia) sehubungan dengan proses pe-nyakit (viremia). -Suhu tubuh normal (36- 37 oC). -Pasien bebas dari demam. 1.Mengkaji saat timbulnya demam 2.Mengobservasi tanda-tanda vi-tal: suhu, nadi, tensi, pernapasan seti-ap 3 jam atau lebih sering. 3.Memberikan penjelasan tentang penyebab demam atau pening-katan suhu tubuh. 4.Memberikan penjelasan pada pasi-en/keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam & menganjurkan pasien /keluarga untuk kooperatif. 5.Menjelaskan pentingnya tirah ba-ring bagi pasien & akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan. 6.Menganjurkan pasien untuk ba-nyak minum  2,5 l/24 jam & jelaskan manfaatnya bagi pasi-en. 7.Memberikan kompres dingin (pada daerah axila & lipat paha). 8.Menganjurkan untuk tidak mema-kai selimut & pakaian yang tebal. 9. Mencatat asupan & keluaran. 10. Memberikan terapi cairan in-travena & obat-obatan sesuai dengan program dokter (masalah kolaborasi). Untuk mengidentifikasi pola de-mam pasien. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasiendapat membantu pa-sien/keluarga mengurangi kecema-san yang timbul. Keterlibatan keluarga sangat be-rarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit. Penjelasan yang diberikan pada pasien/keluarga akan memotivasi pasien untuk kooperatif. Peningkatan suhu tubuh mengaki-batkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. Kompres dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh. Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh. Untuk mengetahui adanya ketidak-seimbangan cairan tubuh. Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi. Pemberian cairan merupakan we-wenang dokter sehingga perawat perlu berkolaborasi dalam hal ini. 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan se-hubungan dengan mual, muntah, anoreksia & sakit saat menelan. Kebutuhan nutrisi pasien ter-penuhi; pasien mampu meng-habiskan makanan sesuai de-ngan porsi yang diberikan/di-butuhkan. 1. Mengkaji keluhan mual, sakit me-nelan & muntah yang dialami oleh pasien. 2.Mengkaji cara/bagaimana makanan dihidangkan. 3.Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur, tim & dihi-dangkan saat masih hangat. 4.Memberikan makanan dalam porsi kecil & frekuensi sering. 5. Menjelaskan manfaat makanan/ nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit. 6. Memberikan umpan balik positif saat pasien mau berusaha mengha-biskan makanannya. 7.Mencatat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien se-tiap hari. 8. Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter). 9. Memberikan obat-obat antasida (anti emetik) sesuai program dokter. 10. Mengukur berat badan pasien se-tiap hari (bila mungkin). Untuk menetapkan cara mengatasi-nya. Cara menghidangkan makanan d-pat mempengaruhi nafsu makan pasien. Membantu mengurangi kelelahan pasien & meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan. Untuk menghindari mual & muntah. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat. Memotivasi & meningkatkan se-mangat pasien. Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien. Nutrisi parenteral sangat bermanfa-at/dibutuhkan pasien terutama jika intake per oral sangat kurang. Je-nis & jumlah pemberian nutrisi parenteral merupakan wewenang dokter. Obat antasida (anti emetik) mem-bantu pasien mengurangi rasa mual & muntah. Dengan pemberian obat tersebut diharapkan intake nutrisi pasien meningkat. Untuk mengetahui status gizi pa-sien. 3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan & obat-obatan pasien sehubungan de-ngan kurangnya informasi. Pengetahuan pasien/keluarga tentang proses penyakit, diet, perawatan & obat-obatan bagi penderita DHF meningkat serta pasien/keluarga mampu mence-ritakannya kembali. 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pa-sien/keluarga tentang penyakit DHF. 2.Mengkaji latar belakang pendidikan pasien/keluarga. 3. Menjelaskan tentang proses penya-kit, diet, perawatan & obat-obatan pada pasien dengan bahasa & ka-ta-kata yang mudah dimengerti/ dipahami. 4. Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan & manfaat nya bagi pasien. 5.Memberikan kesempatan pada pa-ien/keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehu-ungan dengan penyakit yang di-alami pasien. 6. Menggunakan leaflet atau gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada/memungkinkan). Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu me-ngetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan tentang penyakit yang diketahui pasien serta kebe-naran in-formasi yang telah dida-patkan sebelumnya. Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan mereka sehingga penje-lasan dapat dipahami & tujuan yang direncanakan tercapai. Agar informasi dapat diterima de-ngan mudah & tepat sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman. Dengan mengetahui prosedur atau tindakan yang akan dialami, pasien akan lebih kooperatif & kecema-annya menurun. Mengurangi kecemasan & memo-tivasi pasien untuk kooperatif se-lama masa perawatan atau penyem-buhan. Gambar-gambar atau media cetak seperti leaflet dapat membantu me-ngingat penjelasan yang telah dibe-rikan karena dapat dilihat atau di baca berulang kali. 4. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia. -Tidak terjadi tanda-tanda perda-rahan lebih lanjut (secara kli-nis). -Jumlah trombosit meningkat. 1. Memonitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis. 2.Memberikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien. 3. Memonitor jumlah trombosit se-tiap hari. 4.Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat. 5.Memberikanpenjelasan pada pasien /keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut seperti: hematemesis, melena, epistaksis. 6. Menjelaskan obat-obat yang dibe-rikan & manfaatnya serta akibat-nya bagi pasien. 7.Mengantisipasi/mencegah terjadi-nya perlukaan atau perdarahan: - menggunakan sikat gigi lunak. - memelihara kebersihan mulut. - menghindari tindakan invasif melalui rektum seperti: pemberian obat suppositoria, enema, rektal termometer. - menggunakan pencukur lis-trik (jika pasien butuh bercu-kur). - memberikan tekanan 5-10 me- nit setiap kali selesai mengambil darah. Penurunan jumlah trombosit meru-pakan tanda-tanda adanya keboco-ran pembuluh darah yang pada ta-hap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdara-han (nyata) seperti epistaksis, peti-kiae, dll. Agar pasien/keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien & dapat membantu mengan-tisipasi terjadinya perdarahan ka-rena trombositopenia. Dengan jumlah trombosit yang di pantau setiap hari, dapat di ketahui tingkat kebocoran pembuluh darah & kemungkinan perdarahan yang dapat dialami pasien. Aktivitas pasien yang tidak terkon-trol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Keterlibatan keluarga dengan se-gera melaporkan terjadinya perda-rahan (nyata) akan membantu pa-sien mendapatkan penanganan se-dini mungkin. Dengan mengetahui obat-obatan yang diminum & manfaatnya, ma-ka pasien akan termotivasi untuk mau minum obat sesuai dosis atau jumlah yang diberikan. 5. Gangguan aktifitas sehari-hari sehu-bungan dengan kondisi tubuh yang lemah. -Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi. -Pasien mampu mandiri sete-lah bebas demam. 1. Mengkaji keluhan pasien. 2. Mengkaji hal-hal yang mampu/ tidak mampu dilakukan oleh pa-sien sehubungan dengan kelemah-an fisiknya. 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktifitasnya sehari-hari sesuai dengan tingkat ke-terbatasan pasien seperti mandi, makan, eliminasi. 4. Membantu pasien untukk mandiri sesuai dengan perkembangan ke-majuan fisiknya. 5. Memberi penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu & me-ningkatkan kekuatan fisik pasien. 6. Meletakkan barang-barang di tem-pat yang mudah terjangkau oleh pasien. 7. Menyiapkan bel di dekat pasien. Untuk mengidentifikasi masa-lah-masalah pasien. Untuk mengetahui tingkat keter-gantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Pemberian bantuan sangat di perlu-kan oleh pasien pada saat kondisi-nya lemah & perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mem-buat pasien mengalami keter-gantungan pada perawat. Dengan melatih kemandirian pasien maka pasien tidak me-ngalami ketergantungan pada perawat. Dengan penjelasan yang diberikan kepada pasien, maka pasien termo-tivasi untuk kooperatif selama pe-rawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya seperti pasien mau meng-habiskan porsi makan-nya. Akan membantu pasien untuk me-menuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain. Agar pasien dapat segera meminta bantuan perawat saat membutuh-kannya. 6. Gangguan rasa nyaman: nyeri sehu-bungan dengan mekanisme patolo-gis (proses penyakit). -Rasa nyaman pasien terpenuhi. -Nyeri berkurang atau hilang. 1. Mengkaji tingkat nyeri yang di ala-mi pasien dengan memberi ren-tang nyeri (0-10), biarkan pasien menentukan tingkat nyeri yang di alaminya, tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respons pasien terhadap nyeri yang dialami. 2. Mengkaji faktor-faktor yang mem-pengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri (budaya, pendidikan, dll). 3. Memberikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang. 4. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri (libatkan keluarga). Menganjurkan pasien untuk mem-baca buku, mendengar musik, nonton TV (mengalihkan perhatian). 5. Memberikan kesempatan pada pa-sien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya/orang terdekat. 6. Memberikan obat-obat analgetik (kolaborasi dokter). Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. Reaksi pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berba-gai faktor, dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat mela-kukan intervensi yang sesuai de-ngan masalah klien. Respon in-dividu ter-hadap nyeri sangat ber-beda atau bervariasi, sehingga pe-rawat perlu mengkaji lebih lanjut menghindari kesalahan persepsi terhadap kondisi yang dialami pa-sien. Misalnya pasien yang berteri-ak karena nyeri belum tentu me-ngalami nyeri yang lebih hebat dari pasien lain yang menutup mata, menggigit bibir atau berpegangan erat. Untuk mengurangi rasa nyeri. Dengan melakukan aktifitas lain, pasien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami. Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat/teman membuat pa-sien gembira/bahagia & dapat me-ngalihkan perhatiannya terhadap nyeri. Obat-obatan analgetik dapat mene-kan/mengurangi nyeri pasien. Per-lu adanya kolaborasi dengan dokter karena pemberian obat merupakan wewenang dokter. 7. Potensial terjadi syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan hebat. -Tidak terjadi syok hipovolemik. -Tanda-tanda vital dalam ba-tas normal. -Keadaan umum baik. 1. Monitor keadaan umum pasien. 2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3 jam. 3. Monitor tanda-tanda perdarahan 4. Jelaskan pada pasien/keluarga tentang tanda-tanda perdarahan yang mungkin dialami pasien. 5.Anjurkan pasien/keluarga untuk se-gera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan. 6. Pasang infus, beri terapi cairan in-travena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter). 7. Segera puasakan jika terjadi perda-rahan saluran pencernaan. 8. Cek Hb, Ht, trombosit (sito). 9. Perhatikan keluhan pasien seperti mata berkunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas. 10. Berikan tranfusi sesuai dengan program dokter. 11. Monitor masukan & keluaran, catat & ukur perdarahan yang terjadi, produksi urin. 12. Berikan obat-obatan untuk me-ngatasi perdarahan sesuai dengan program dokter. 13. Bila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang atau posisi datar. 14. Berikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan. 15. Segera lapor dokter jika tam-pak tanda-tanda syok hipovolemik & observasi ketat pasien serta perce-pat tetesan infus sambil menunggu program dokter selanjutnya. Untuk memantau kondisi pasien selama masa perawatan teruta-ma saat terjadi perdarahan. Dengan memonitor keadaan umum pasien, perawat dapat segera me-ngetahui jika terjadi tanda-tanda pre syok/syok sehingga dapat se-gera di tangani. Tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan umum pasien baik, perawat perlu terus mengob-servasi tanda-tanda vital selama pasien mengalami perdarahan un-tuk memastikan tidak terjadi pre syok/syok. Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi, sehingga pasi-en tidak sampai ke tahap syok hi-povolemik akibat perdarahan he-bat. Dengan memberi penjelasan & me-libatkan keluarga diharapkan tan-da-tanda perdarahan dapat diketa-hui lebih cepat & pasien/ keluarga menjadi kooperatif se-lama pasien di rawat. Keterlibatan keluarga untuk segera melaporkan jika terjadi perdarahan terhadap pasien sangat membantu tim perawatan untuk segera mela-kukan tindakan yang tepat. Pemberian cairan intravena sangat diperlukan untuk mengatasi kehi-langan cairan tubuh yang hebat yai-tu untuk mengatasi syok hipovo-lemik. Pemberian infus dilakukan dengan kolaborasi dokter. Puasa membantu mengistirahatkan saluran pencernaan untuk semen-tara selama perdarahan berasal dari saluran cerna. Untuk mengetahui tingkat kebo-coran pembuluh darah yang di alami pasien & untuk acuan me-lakukan tindakan lebih lanjut terhadap perdarahan tersebut. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan tersebut pada pasien sehingga tim kesehatan le-bih waspada. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang. Pengukuran & pencatatan sangat penting untuk mengetahui jumlah perdarahan yang dialami pasien. Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh. Produksi urin yang lebih pekat & lebih sedikit dari normal (sangat sedikit) menunjukkan pasien kekurangan cairan & mengalami syok. Hati-hati terha-dap perdarahan di dalam. Untuk membantu menghentikan perdarahan. Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk. Pemberian O2 akan membantu ok-sigenasi jaringan, karena dengan terjadinya perdarahan hebat maka suplai oksigen ke jaringan terganggu. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin. DAFTAR PUSTAKA Effendy, Christanti. 1995. Perawatan Pasien DHF. EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius; FKUI. Jakarta Nancy and Beckle. 1987. NCP for Pediatric Patient ; p. 230-233. The C.V. Mosby Company, St. Laouis, Washington, Toronto. Nelson . 2000. Ilmu Kesehatan Anak,volome I ,Edisi 15.EGC. Jakarta RS Sint. Carolus. Asuhan Keperawatan pada klien dengan DHF. Rampengan,T.H dan Laurentz,I.R. 1997. Penyakit infeksi tropik pada anak; EGC.Jakarta Soedarmo, SP. 1995. Demam Berdarah Dengue. Medika No. 10 Tahun XXI, Oktober 1995. Soetjiningsih.1998 Tumbuh Kembang Anak,EGC. Jakarta . . . . . 2000. Diktat kuliah PSIK.FK.UNAIR,TA: 2000/2001. Surabaya. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK S DENGAN DHF DIRUANG MENULAR ANAK RSUD.Dr.SOETOMO, SURABAYA Nama Mahasiswa : Subhan Ruang : Anak Menular NIM : 019930023B No. Reg.: 10071939 Pengkajian diambil tgl : 6 Agustus 2001 Jam : 09.20 wib I. IDENTITAS KLIEN Nama : An. S Jenis kelamin : Perempuan Tgl. Lahir : 02 Mei 1997 Umur : 5 Tahun Anak ke : III (tiga) Nama Ayah : Alh.Tn. A.H Nama Ibu : Ny. S Pendidikan ayah : SLTA Pendidikan Ibu : SLTA Pekerjaan : Swasta Agama : Islam Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Alamat : Jl. Gundi II,No.33 Surabaya Diagnosa Medis : DHF Grade III Tgl. MRS : 6 Agustus 2001, Jam 03.00 Wib Sumber Informasi : Ibu klien dan status rekam medik II. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Keluhan utama : Panas tinggi secara mendadak disertai mimisan 2. Riwayat penyakit sekarang : Panas tinggi disertai mimisan 2x,jumlah sedikit,nyeri kepala dan perut sejak 2 hari yang lalu,mual-muntah menurut ibu klien 2 x ± 100 cc warna kemerahan,makan minum sulit Cengeng dan rewel. 3. Riwayat penyakit dahulu : 3 hari sebelum MRS klien panas dan dibawa kedokter praktek turun sebentar kemudian panas lagi. Klien tidak ada riwayat penyakit panas,kejang,jantung/HT,paru atau DM, Hanya sakit batuk pilek biasa . 4. Riwayat penyakit keluarga : Kakak tertua sewaktu berumur 5 tahun pernah terkena DHF.Beberapa minggu yang lalu kakak nomor dua menderita sakit typhus abdominalis dan dirawat dirumah sakit, ke-luarga tidak ada yang menderita penyakit jantung/HT,paru atau DM. 5. Kesehatan lingkungan : Menurut ibu klien kondisi lingkungan bersih kebersihan kamar mandi,bak mandi dikuras minimal 1 x/seminggu-,-tinggal diperkampungan yang cukup padat,ibu/keluarga tidak mengetahui apakah disekitar lingkungan ada yang menderita penyakit demam berdarah. 6. Riwayat kehamilan :  Pre-natal : Tidak ada kelainan /penyakit pada ibu saat hamil,usia kehamilan 9 bulan  Natal : Bayi lahir spontan dirumah sakit ditolong oleh dokter, langsung menangis,tidak ada kebiruan BB= 2500 gram panjang ibu klien lupa.  Post-natal : pertumbuhan dan perkembangan dalam batas nor- mal,ASI diberikan sampai usia 6 bulan setelah itu diberikan susu buatan dan makanan tambahan bubur nestle. Imunisasi lengkap tidak ada alergi terhadap makanan ,klien agak sulit makan. 7. Tumbuh kembang Klien : membalik badan usia 4 bulan,duduk usia 6 bulan,berdiri usia 10 bulan berjalan usia 1 tahun,mengoceh usia 6 bulan,berbicara usia 1,5 tahun. Saat ini BB= 16 kg, TB= 102 cm,LK=51 cm,LD= 72 cm, LLA= 16 cm, Usia 5 tahun. 8. Psikososial : Klien cengeng dan rewel tidak mau berpisah dengan ibu,keras hati semua kemauan harus dituruti bila tidak akan me-nangis,setiap dilakukan prosedur tindakan klien berontak bahkan merenggut/melepas sonde dan infus yg dipasang. III. PENGKAJIAN PERSISTEM a. Sistem pernapasan : RR= 40 x/mnt;ada retraksi otot bantu napas,gerakan dada simetris,suara napas vesikuler,terdapat perdarahan hidung 2x tidak banyak,batuk,ronkhi -/+,wheezing -/- b. Sistem kardiovaskuler : TD= 90/60 mmHg,nadi= 108 x/mnt,S1 dan S2 tunggal, murmur tidak terdengar, akral hangat,test RL + , > 20 % pada ekstrimitas atas kanan,edema tidak ada.
c. Sistem persarafan : kesadaran compos mentis, Klien gelisah dan cengeng serta rewel, GCS= 456 total = 15.
d. Sistem perkemihan – eliminasi uri : BAK= 1 x saat pengkajian ± 300 cc, warna coklat tua dan pekat.
e. Sistem pencernaan-Eliminasi alvi : Nafsu makan tidak ada,menolak setiap kali disuruh/disuapi makan, mengeluh sakit menelan, mukosa mulut kering, nyeri tekan pada ulu hati/perut bagian atas mual dan muntah 1 x sedikit ± 30 cc hepatomegali 2 – 3 cm,bising usus 17 x/mnt,Umbilikus menonjol,BAB= 1x agak encer warna coklat tua,bau menusuk.
f. Sistem tulang-otot-integumen : Klien merintih badannya sakit,badan panas,wajah kemerahan,pergerakan baik dapat menggerakan ekstrimitas atas dan bawah sendiri tanpa bantuan,masih lemah.
g. Sistem reproduksi : saat ini klien berada pada fase oedipal/falik dimana klien dekat dengan ibu dan kakak tertuanya,tidak mau mengalah dengan adiknya,vagina labia mayora menutupi labia minora, infeksi pada saluran kemih menunggu hasil laboratorium,klinis belum nampak.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium,tgl. 6 – 8 – 2001 Tgl. 7 – 8 - 2001
Hb : 14,8 g/dl 15,8 g/dl
Leukosit : 4,7 x 109/L 4,1 x 109/L
Trombosit : 108 x 109/L 155 x 109/L
Hematokrit : 0,44 % Urine : sedimen : ­
Elektrolit : Kalium= 3,85 meq/L Leucosit : + 0 -1
Natrium= 132 meq/L epitel : + 1 -2
Calsium= 110 meq/L
Eo/Baso/Batang/leg/lim
-/ - / 1 / 41 / 58
Radiologi, tgl. 6 – 8 – 2001
Co : Ukuran dan bentuk normal
Pulmo: Tak tampak infiltra,tak tampak kelainan kedua sinus phrenicocostalis tajam.
V. Terapi/pengobatan :
Tgl. 6 – 8 – 2001 :
RLD5 48 cc/jam
Minum manis cukup
Vitamin BC/C 3 x 1 bungkus/hari
Antasida syrup 3 x 1 cth
Diit TKTP 1300 Kcal + 35 gram protein
Nasi 3 x 1/hari
Susu 3 x 200 cc

ANALISA DATA

KELOMPOK DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
Tgl. 6 – 8 - 2001
S: Klien mengatakan sakit perut bagian atas,juga saat menelan
O: anak cengeng-berkeringat,gelisah nyeri tekan pada epigastrium,TD=90/60 mmHg,Nadi= 108 x/mnt Proses penyakitnya

Infeksi dengue

Nyeri Nyeri
Tgl. 6 – 8 - 2001
S: Ibu mengeluh badan anak panas & tidak mau turun
O: Panas tinggi, ba-dan teraba panas, wajah merah, Suhu= 39,20c Proses penyakit

Infeksi dengue

Demam Hiperthermia
Tgl. 6 – 8 - 2001
S: Ibu mengatakan anaknya berkeringat dingin.
O:Panas sejak 3 hari sebelum MRS kemu-dian mendadak tinggi disertai mimis-an dan muntah, warna muntah kemerah-an,akral hangat,-Trombosit= 108 x 109/L,Hematokrit= 0,44 % Proses penyakit

Infeksi dengue

Trombositopeni & vaskulitis


Permiabilitas pembuluh darah meningkat  Perdarahan



Resiko tejadi syok hipovolemik
Tgl. 6 - 8 - 2001
S: Ibu mengatakan klien tidak mau makan dan minum bila sedang sakit.
O:Klien rewel & cengeng, nafsu makan menurun, menolak setiap kali disu-ruh/disuap makan,-mengeluh sakit me-nelan,mukosa mulut kering,Mual-muntah saat peng-kajian 1 x ± 30 cc Nafsu ,akan menurun

Nyeri menelan,Mual-muntah

Asupan nutrisi inadekuat Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan
Tgl. 8 – 8 - 2001
S: Ibu mengatakan anaknya terlihat se-sak & napasnya cepat
O: Pernapasan cuping hidung,retraksi intercostalis servikal-ronkhi -/+ kering ha-lus,RR= 64 x/mnt Infeksi dengue

Vaskulitis + Reaksi imunologik

Permeabilitas vaskuler meningkat

Kebocoran plasma

Efusi serosa
Cairan menumpuk dirongga pleural pa-ru,terjadi penurunan ekspansi paru

sesak Ketidak efektifan pola napas.


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat/ekstravasasi.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan mekanisme patologis (proses penya-kit)
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,muntah,anoreksia & sakit saat menelan.
5. Ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO & TGL DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1
6/8/01








Resiko terjadi syok hipovole-mik berhubung-an dengan per-darahan hebat/ ekstravasasi.
Tidak terjadi syok hipovolemik.

Kriteria hasil :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Keadaan umum ba-ik.
1. Monitor keadaan umum,tanda-tanda vital & perdarahan tiap 2 – 3 jam.


2. Jelaskan pada keluarga ttg tanda-tanda perdarahan yg mungkin dialami klien,serta anjurkan u/ segera melapor-kannya.
3. Monitor trombosit dan penurunan yg di sertai tanda kli-nis setiap hari.


4. Mengantisipasi tanda terjadinya perdarahan.
5. Menganjurkan klien u/banyak istirahat/Bedrest. 1. Memantau kondisi,perubahan TTV,serta perdarahan sedini mungkin shg dpt sege-ra diatasi & klien tdk jatuh pada keadaan presyok/syok.
2. Keterlibatan klg & klien sgt membantu pe-nangan sedini mungkin serta diharapkan klien & klg lebih kooperatif.
3. Dengan trombosit yg terpantau setiap hari dpt diketahui tingkat kebocoran pembu-luh darah & dpt menjadi acuan dalam melakukan tindakan.
4. Mencegah tjdnya perdarahan lebih lanjut.
5. Aktivitas klien yg tdk terkontrol dpt me-nyebabkan tjdnya perdarahan.
2
6/8/01 Hipertermia ber-hubungandengan proses penyakit (viremia) Hipertermia menu-run/tidak terjadi lagi.

Kriteria hasil :
-Suhu tubuh normal (360c – 370c).
-Pasien bebas de-mam kurang dari 7 hari 1. Anjurkan klg u/ memberikan klien kompres dingin pd ketiak, kepala/dahi & lipat paha.
2. Mengobservasi TTV tiap 3 jam lebih sering.

3. Menjelaskan ttg penyebab peni-ngkatan suhu tubuh pada klg.

4. Anjurkan klien u/ banyak minum terutama yg manis-manis ± 1 – 2 liter/24 jam.


5. Berikan terapi cairan & pengobatan sesuai program 1. Kompres dingin diharapkan membantu menurunkan suhu tubuh
2. TTV merupakan acuan u/ mengetahui KU klien .
3. Keterlibatan klg sgt berarti dlm proses ke sembuhan klien

4. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat shg perlu diimbangi dengan asupan cairan yg ba-nyak
5. Pemberian terapi cairan sgt penting bagi klien dng peningkatan suhu tubuhn yg tinggi
3
6/8/01 Gangguan rasa nya-man : Nyeri berhu-bungan dengan me-kanisme patologis (proses penyakit).
Nyeri berkurang dlm waktu 4 x 24 jam.

Kriteria hasil :
- Klien tdk lagi me-ngeluh kesakitan.
- Klien rileks & te-nang, tidur 8 – 10 jam. 1. Berikan terapi pengobatan sesuai program.

2. Kaji tingkat nyeri yg dialami klien dengan skala 0 – 10,intensitas,respon klien dan lamanya serta lokasi nyeri

3. Berikan suasana gembira, alihkan perhatian klien deng-an melihat buku/majalah anak-anak.
4. Berikan kesempatan pd. Klien u/ berkomunikasi dng org terdekat 1. Obat analgesik dpt menghentikan nyeri dng segera.
2. U/ mengetahui seberapa berat keluhan klien & efek terapi yg di berikan sebe-lumnya.
3. Dng memberikan aktivitas lain klien dpt melupakan sakit/nyeri yg dialaminya.
4. Dpt berhubungan dng org yg terdekat bisa membuat klien merasa aman, gembira & bahagia shg dpt melupakan sakit/ nyeri yg dialaminya.
4
6/8/01 Gangguan peme-nuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan de-ngan mual, mun-tah,anoreksia & sakit saat mene-lan.
Nutrisi terpenuhi dlm 4 X 24 jam

Kriteria hasil :
-Nafsu makan kx. meningkat, diit di habiskan.
-Kx.tdk lemah.
1. Pasang sonde u/ memberikan nutrisi parenteral.


2. Bujuk klien agar mau makan & minum.

3. Kaji keluhan mual,muntah, sakit saat menelan.

4. Berikan makanan yg mudah ditelan seperti bubur,tim dan susu.

5. Memberikan makan porsi kecil dan sering. 1. Nutrisi parenteral sgt bermanfaat/dibu- tuhkan klien ter utama jika intake per-oralnya sgt kurang.
2. Akan sgt membantu bila klien mau ma-kan/minum tanpa menggunakan sonde.
3. U/menetapkan cara mengatasi kebutuhan nutrisi.
4. Membantu mengurangi kelelahan klien & membantu meningkatkan asupan maka-nan.
5. U/menghindari mual & muntah.
5
8/8/01 Ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan de-ngan penurunan ekspansi paru.
Pola napas efek-tif dalam 2 X 24 jam.

Kriteria hasil :
- Kx.memperlihat- kan frekuensi perna-pasan yg efektip & mengalami pertuka-ran gas pada paru.
- Diketahuinya fak-tor penyebab keti-dakefektifan pola napas. 1. Berikan O2 2 – 4 liter/mnt.


2. Obsevasi terhadap pernapasan cuping hidung, retraksi atau sianosis.

3. Tetap bersama klien & latih u/ bernapas perlahan-lahan berna pas lebih efektif.

4. Lakukan pemeriksaan GDA & lainnya.


5. Berikan terapi sesuai program. 1. Oksigen yg diberikan sebagai maintenan-ce sebelum penyebab sesak napas diketa-hui scr pasti.
2. U/mengetahui sedini mungkin adanya sesak napas shg dpt dilakukan tin-dak secepat mungkin
3. Memberikan rasa aman kepada klg & klien serta mengajarkan klien untuk ber-napas scr efektif.
4. U/mengetahui penyebab sesak napas shg dpt dilakukan tindakan yg tepat.

5. Terapi pengobatan diperlukan/diindi-kasikan bila terjadi bronko spasme.


TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI


DIAGNOSA TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1 7/8/01
07. 15




07.45





08.55





09.05




09.15
 Mengobsevasi TTV : suhu= 38,50c, TD= 90/70 mmHg,Nadi = 100 x/mnt,-RR= 44 x/mnt
 Meraba ekstrimitas klien sambil mejelas-kan tanda-tanda per-darahan & tindak yg harus dilakukan pd ibu klien.
 Mengambil specimen da-rahu/pemeriksaan: DL, trombosit,hema-tokrit elektrolit. Mene-kan luka bekas tusu -kan ± 5 – 10 mnt.
 Menganjurkan ibu kli-en u/menjaga keber- sihan mulut klien dng menggunakan sikat gi-gi lunak
 Menganjurkan klien u/ istirahat/bedrest ma-kan,minum,BAB/BAK dibantu.
S: Ibu mengatakan kondisi anaknya masih lemah.
O: Mimisan tdk lagi,Trombosit = 155.000,Nadi= 102 x/mnt; TD= 100/70 mmHg,RR =44 x/mnt, akral hangat.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan ren-cana intervesi 1,3, 4
2 7/8/01
07.30


07.35

07.55



08.00



10.05



 Memberikan kompres dingin pada dahi,axilla & lipat paha.
 Memberikan paraceta-mol 160 mg (puyer)
 Menganjurkan ibu klien u/ banyak min-um terutama yg manis manis.
 Memberikan penjelas an pd ibu klien penye-bab panas yg tdk sege ra turun
 Mengoff infus karena sudah dipasang sonde. S: Ibu klien menga takan tubuh anak nya panas sudah turun.
O: Suhu= 37,20c, mukosa mulut ke-ring,klien kehaus-an.
A: Masalah belum teratasi seluruhnya
P: Terukan renca-na intervensi 1,2,4 5
3 7/8/01
08.20


08.25

09.20
 Memberikan penjelas-an pada ibu ttg penye-bab nyeri
 Memberikan antasida 1 cth
 Mengalihkan perhati-an klien dng melihat gambar buku cerita dan mengajak bicara. S: Klien masih merintih kesakitan & tdk bisa tidur.
O: Klien gelisah,cengeng,nyeri tekan epigastrium.
A: Masalah belum teratasi
P Teruskan rencana intervensi 1,2,3,4.
4 08.10

08.45

08.50

09.10

13.45  Membantu memasang sonde lambung
 Memberikan bubur 100 cc
 Membujuk klien agar mau makan & minum
 Menimbang BB= 16 Kg
 Meng-observasi TTV : Suhu=37,20c,TD=100/70 mmHg,Nadi= 102 x/mnt, perdarahan ti-dak ada,akral,hangat, muntah 1 x sedikit S: Ibu klien mengatakan bila sakit klien memang sulit makan
O: Diit diberikan tiap 2 jam,makan peroral belum mau
BB=6 kg,muntah 1x sedikit
A: Masalah belum teratasi selu-ruhnya
P: Teruskan rencana intervensi 1,2,4

1 8/8/01
07.10





08.05


09.35
 Mengobservasi TTV :
Suhu : 390c, TD= 110/70 mmHg,Nadi= 124 x/mnt, RR= 44 x/mnt,perdarahan ti-dak ada,akral hangat.
 Mengambil specimen urine u/ periksaan UL & kultur
 Menjelaskan prosedur pemeriksaan radiologi thorak foto S: -
O: Perdarah tdk ada,akral hangat, TD= 110/70 mm-Hg,Nadi= 132 x/ mnt,RR=64 x/mnt pernapasan cu-ping hidung,retraksi intercostalis servical
A: Masalah teratasi sebagian timbul masalah pola napas.
P: Teruskan renca na intervensi
2 8/8/01
07.20

07.30



08.00
 Memberikan kompres dingin.
 Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg manis bila tdk mau air putih
 Memberikan puyer pa-racetamol 160 mg. S: Ibu mengatakan badan anaknya ma sih panas
O:Suhu= 380c,mukosa mulut ke-ring, badan panas
A: Masalah belum teratasi seluruhnya
3 8/8/01
08.15



08.45




08.20
 Mengalihkan perhati-an klien terhadap nyeri dng mengajak melihat gambar di buku cerita.
 Mengkaji tingkat nyeri klien dng skala 4, mun cul kadang ± 2 – 3 me nit diperut bagian atas /epigastrium.
 Menganjurkan ibu sela lu berada dekat dng klien S: Klien masih merintih kesakitan & memegang perut bagian atas.
O: Klien masih cengeng,gelisah,-nyeri tekan epigastrium.
A: Masalah belum teratasi selu-ruhnya.
P: Teruskan rencana interrvensi 1,2,3

4 8/8/01
07.40

07.55


08.30



09.18



 Memberikan susu per-sonde 100 cc.
 Menanyakan apakah klien masih mual mun tah & sakit menelan.
 Menanyakan apakah klien masih tdk mau makan & minum ? masih tdk mau.
 Membujuk klien u/ makan & minum yg manis serta mendo-rong ibu u/ terus men-cobanya. S: Ibu klien mengatakan klien be lum mau makan tapi diit personde dihabiskan/diberikan.
O: Diit diberikan tiap 2 jam, habis masih menolak bila diberikan makan/minumperoral,mukosa mu-lut kering,mual ada,muntah tdk ada.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tetap teruskan rencana inter-vensi 1,2,3,4.
5 8/8/01
09.55

10.10


10.20



13.30




 Memberikan O2 2 liter/mnt
 Menganjurkan klien u/bernapas scr perla-han-lahan
 Terus mengobservasi adanya pernapasan cu-ping hidung,retraksi dada & sianosis
 Mengobservasi TTV : Suhu= 380c,TD= 110/ 70 mmHg,Nadi=132 x/mnt,akral hangat,-perdarahan tdk ada. S: Ibu mengatakan anaknya masih terlihat sesak.
O:RR= 64 x/mnt,Nadi= 132 x/mnt pernapasan cuping hidung,retraksi intercostalis servikal.
A: Masalah belum teratasi
P: Teruskan rencana intervensi 1 s/d 5







1 9/9/01
07.15





09.20


08.15

 Mengobservasi TTV :
Suhu : 370c, TD= 110/70 mmHg,Nadi= 124 x/mnt, RR= 56 x/mnt,perdarahan tidak ada,akral hangat.
 Mengambil specimen darah u/ periksaan DL, widal & gaal kultur
 Menjelaskan penyebab terjadinya sesak napas pada klien. S: -
O: Perdarahan tdk ada,muntah tdk ada, akral hangat,keringat dingin, TD= 110/70 mmHg,Nadi= 128 x/ mnt,RR= 48 x/mnt.
A: Masalah teratasi
P: Tetap teruskan rencana inter-vensi,klien tetap perlu observasi ketat.

2 9/9/01
07.30



08.00


08.40



 Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg manis bila tdk mau air putih
 Menganti pakaian,alas tempat tidur klien yg basah o/ keringat.
 Mengingatkan ibu ag-ar tetap memperhati-kan peningkatan suhu tubuh anaknya S: Ibu mengatakan suhu tubuh anak normal.
O: Suhu=36,80c,badan hangat,keri ngatan,demam hari ke 8.
A: Masalah belum teratasi semua
P: Tetap teruskan rencana inter-vensi
3 9/9/01
08.25



09.30




10.20



11.15
 Mengalihkan perhati-an klien terhadap nyeri dng mengajak melihat gambar di buku cerita.
 Mengkaji tingkat nyeri klien dng skala 4, mun cul kadang ± 2 – 3 me nit diperut bagian atas /epigastrium.
 Menganjurkan ibu sela lu berada dekat dng kli en bila pergi hendak-nya dititipkan.
 Memberikan sirop an-tasida 1 cth S: Klien tdk mengeluh kesakitan
O: Klien diam,cengeng kurang, nyeri tekan epigastrium tdk ada
A: Masalah teratasi
P: Rencana intervensi tdk lanjut-kan tetapi tetap awasi & per-hatikan keluhan klien
4 9/9/01
11.30

11.45


12.10



12.40
 Memberikan susu per-sonde 100 cc.
 Menanyakan apakah klien masih mual mun tah & sakit menelan.
 Menanyakan apakah klien masih tdk mau makan & minum ? masih tdk mau.
 Membujuk klien u/ makan & minum yg manis S; Ibu mengatakan anak masih belum mau makan minum,lewat sonde diberikan.
O: Diit sonde habis,makan/minim peroral masih tdk mau/menolak,-mual-muntah tdk ada.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tetap teruskan rencana inter-vensi
5 9/9/01
08.10

09.35


12.55



13.20
 Memberikan O2 2 liter/mnt
 Menganjurkan klien u/bernapas scr perla-han-lahan
 Terus mengobservasi adanya pernapasan cu-ping hidung,retraksi dada & sianosis
 Mengobservasi TTV : Suhu= 380c,TD= 110/ 70 mmHg,Nadi=132 x/mnt,RR= 54 x/mnt akral hangat,perdarah-an tdk ada S: Ibu mengatakan anaknya masih terlihat sesak.
O:RR= 54 x/mnt,Nadi= 132 x/mnt pernapasan cuping hidung,retraksi intercostalis servikal.
A: Masalah belum teratasi
P: Teruskan rencana intervensi 1 s/d 5



2 10/8/01

07.20



07.55





08.00


08.15

 Mengingat ibu mem-berikan klien minum yg manis bila tdk mau air putih.
 Mengobservasi TTV : suhu: 370c,TD= 100/ 70 mmHg,Nadi= 120 x/mnt,RR=48 x/mnt. Akral hangat,perdara han tdk ada
 Menganti pakaian,alas tempat tidur klien yg basah o/ keringat.
 Mengingatkan ibu ag-ar tetap memperhati-kan peningkatan suhu tubuh anaknya S: Ibu mengatakan suhu tubuh anak normal.
O: Suhu=36,40c,badan hangat,keri ngatan,demam hari ke 9.
A: Masalah teratasi
P: Tetap teruskan rencana inter-vensi 4 & 5 walaupun masalah su-dah teratasi.
4 10/8/01
08.20

08.45


09.50



10.45


 Memberikan susu per-sonde 200 cc.
 Menanyakan apakah klien masih mual mun tah & sakit menelan.
 Menanyakan apakah klien masih tdk mau makan & minum ? mau sedikit.
 Membujuk klien u/ makan & minum yg manis S; Ibu mengatakan anak masih belum mau makan minum,lewat sonde diberikan.
O: Diit sonde habis,makan/minim peroral masih tdk mau/menolak,-mual-muntah tdk ada.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tetap teruskan rencana inter-vensi
5 10/8/01
09.00

09.10


11.30



13.20
 Memberikan O2 2 liter/mnt K/P
 Menganjurkan klien u/bernapas scr perla-han-lahan
 Terus mengobservasi adanya pernapasan cu-ping hidung,retraksi dada & sianosis
 Mengobservasi TTV : Suhu= 36,40c,TD= 110/ 70 mmHg, Nadi= 132 x/mnt,RR= 54 x/mnt akral hangat,per darahan tdk ada S: Ibu mengatakan anaknya masih terlihat sesak.
O:RR= 44 x/mnt,Nadi= 120 x/mnt pernapasan cuping hidung tdk tam pak,retraksi intercostalis servikal.
A: Masalah belum teratasi
P: Teruskan rencana intervensi 1 s/d 5


EVALUASI AKHIR

Diagnosa keperawatan No.1,2 dan 3 teratasi walau masih perlu observasi karena ada komplikasi Bronkho pneumoni dan efusi pleural,klien masih dirawat